Kisah Ashabul Kahfi (surat kahfi)

“Apakah kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami Gua dan penduduk desa Raqim  itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan ? – Al Kahfi : 9)”

Kisah Penghuni Gua (Ashabul Kahfi) ini dibahas dalam Al Qur’an secara khusus dengan nama Surah Al Kahfi.  Surah ini terdiri dari 110 ayat dan menceritakan beberapa cerita dimana kisah tentang Ashabul Kahfi ini termaktub dalam ayat 9 – 26

Surah Al Kahfi menceritakan 7 pemuda bersama seekor anjing yang melarikan diri kedalam gua demi menyelamatkan iman meraka. Ketujuh pemuda tersebut adalah Maxmilianus, Tilmikha, Yavanus, Sudilanus, Martinus, Dinasius dan sang gembala Antonius. Sedangkan anjing mereka bernama Qithmir.  Mereka tinggal di provinsi Romawi Timur, tepatnya Filadelfia (saat ini berada di daerah negara Turki).
Filadelfia (bahasa Inggris: Philadelphia; bahasa Yunani: Φιλαδέλφεια), artinya “(kota) kasih sayang persaudaraan”; sekarang Alaşehir (Pengucapan bahasa Turki: [aˈɫaʃehiɾ]), adalah sebuah kota dalam zaman kuno sampai Abad Pertengahan, sekarang dinamakan kota Alaşehir di Provinsi Manisa, di daerah Aegea, negara Turki. Terletak di lembah Kuzuçay (Cogamus, pada zaman kuno), di kaki gunung Bozdağ (gunung Tmolus pada zaman kuno). Dataran tinggi di wilayah ini dipenuhi tanah luas dan subur dari sungai Gediz, (nama kuno: Hermus)) yang memberikan pemandangan luar biasa. Filadelfia merupakan pusat kekristenan penting pada zaman gereja mula-mula (abad pertama M) dan terus sampai ke periode Kekaisaran Bizantin. Sampai sekarang, tempat ini tetap dianggap sebagai tituler see Gereja Katolik.
Kota yang sekarang bernama Alaşehir ini mungkin adalah salah satu kota pertama dengan nama “Filadelfia”. Didirikan pada tahun 189 SM oleh Raja Eumenes II dari Pergamon (197-160 SM). Eumenes II menamai kota ini karena kasihnya pada saudara laki-lakinya, yang kelak menggantikannya, Attalus II (159-138 SM), yang kesetiaannya menyebabkan Ia diberi julukan, “Philadelphos”, arti harafiahnya “orang yang mengasihi saudara laki-lakinya”. Karena tidak memiliki ahli waris, Attalus III Philometer, raja terakhir dari dinasti Attalid di Pergamum, menyerahkan kerajaannya, termasuk kota Filadelfia, kepada sekutunya, Kerajaan Romawi, pada waktu Ia meninggal pada tahun 133 SM. Roma membentuk Provinsi Asia pada tahun 129 SM dengan menggabungkan Ionia dan bekas wilayah Kerajaan Pergamum.
Saat peristiwa Ashabul Kahfi ini terjadi, Filadelfia dipimpim oleh seorang Gubernur Romawi bernama Diokletianus atau penduduk aslinya menyebutnya Daqyanus pada tahun 137 M (980 tahun setelah Romawi berdiri). Diokletianus adalah penyembah Dewa Apollo dan Dewa Jupiter. Patung dewa mereka memenuhi gerbang kota dan di dalam kota.  Istri Diokletianus adalah seorang pengikut agama nasrani murni yang menyembah tuhan yang maha esa (ajara tauhid).  Mereka mengakui bahwa Nabi Isa a.s adalah junjungan yang agung sampai diutusnya nabi berikut nya demi memurnikan ajaran tauhid.  Istri Diokletianus dibakar didepan anaknya yang bernama Helen karena menolak menyembah Dewa Agung Romawi – Dewa Apollo dan Dewa Jupiter.
Dengan berjalannya waktu, Helen menjadi dewasa dan hatinya menolak untuk mengikuti jejak ayahnya untuk menyembah dewa-dewa Romawi.  Hingga Helen dinikahkan dengan Maxmilianus – seorang remaja berahlak mulia dan merupakan anak senator Romawi yang dekat dengan kaisar Hederianus.  Demi memuluskan posisi dan jabatannya sebagai gubernur Filadelfia, Diokletianus memanfaatkan Maxmilianus sebagai penasehat nya sekaligus sebagai menantu.  Dari pernikahan Maxmilianus dengan Helen lahir seorang anak laki-laki bernama Iqmith.
Ketertarikan Maxmilianus dengan ajaran tauhid adalah ketika berjalan di pasar bersama pengawalnya – Tilmikha dan Yavanus. Maxmilianus memesan untuk dibuatkan patung dewa Jupiter kepada seorang pembuat tembikar bernama Adonia.  Adonia mengatakan bahwa ia bukan pembuat patung yang handal. Saya hanya pembuat tembikar, bukan pematung, kata Adonia.  Namun demikian Maxmilianus tetap memesan untuk dibuatkan patung.  Beberapa hari kemudian Maxmilianus datang bersama pengawalnya dan mengambil patung tersebut.  Dan kecewa dengan hasil yang dibuat Adonia. Ia melempar patung tersebut dan marah.
Adonia bertanya, “kenapa anda melempar dewa agung anda ?…Tidakkah anda takut dengan kutukan dan kehebatan Dewa Jupiter ini ?”
Maxmilianus, “Aku tidak takut dengan kutukan dan patung jelek ini.  Ini adalah buatan tanganmu dan tidak akan memberikan keburukan apapun kepada ku.”
Adonia, “Kalau begitu, kenapa anda sembah ?… Seluruh patung yang dibuat manusia itu tidak akan memberikan kebaikan dan keburukan apapun kepada anda.  Karena patung tersebut adalah buatan manusia.  Sedangkan manusia adalah kreasi agung dari Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang disembah oleh Isa a.s (nabi agung orang Nasrani).  Tuhan Pencipta aku dan engkau serta kalian. Tuhan pencipta alam semesta raya dan isinya.”
Maxmilianus bersama pengawalnya pergi dengan menyisakan pertanyaan dalam benaknya, ada benarnya apa yang disampaikan Adonia ini.  Ajaran tauhid Nabi Isa a.s yang disampaikan oleh Adonia ini diikuti oleh umat nasrani yang saat itu sebagian besar adalah buruh dan pekerja kasar.  Adonia banyak mendapatkan pelajaran tauhid ini dari Injil yang ditulis oleh Barnabas (santo Barnabas).  Pendeta Yahudi kurang berkenan dengan pertumbuhan pengikut ajaran Nasrani ini dan menghasut Diokletianus untuk membasmi umat Nasrani ini hingga ke akar-akarnya.  Akibat hasutan pendeta Yahudi ini, Umat Nasrani diburu dan diminta untuk menyembah dewa-dewa Romawi.  Adonia termasuk guru yang diburu dan diminta untuk menyembah patung dewa-dewa Romawi.  Namun hingga akhir hayatnya (dengan cara dibakar di lapangan kota oleh Diokletianus), Adonia tetap menyembah Tuhan Yang Satu seperti yang diajarkan oleh Nabi Isa a.s sebagai junjungan agung mereka.
Maxmilianus iba dengan Adonia, dan memerintahkan pengawalnya untuk menurunkan Adonia dari tiang gantungan di malam hari (di saat pengawalan lemah).  Tubuh hangus Adonia diperintahkan oleh Diokletianus untuk dibiarkan selama 3 hari sebagai peringatan bagi merekan yang menolak menyembah berhala (patung dewa romawi).  Keluarga Adonia diberikan makanan dan kebutuhan lainnya oleh Maxmilianus melalui pembantu mereka, Galus.  Namun niat baik Maxmilianus dicurigai oleh lawan politiknya, Julius (penasehat perang Diokletianus yang juga mencintai Helen – istri Maxmilianus).
Maxmilianus diintai oleh Julius dengan bantuan pendeta Yahudi dan salah satu pengikut Yahudi lainnya.  Setiap saat tindakan Galus (pembantu Maxmilianus) diawasi dan dilaporkan kepada Julius. Hingga tersebar berita bawah Kaisar Hederianus akan melakukan kunjungan ke Filadelfia.  Diokletianus sebagai sahabat setia Kaisar, akan melakukan penyambutan khusus dan meriah kepada Kaisar Romawi ini.  Pertunjukan Gladiator disiapkan sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Apollo dan Dewa Jupiter.  Umat Nasrani akan dijadikan tumbal dalam pertarungan manusia melawan Singa.  Umat Nasrani mulai diburu secara besar-besaran jika mereka menolak menyembah patung dewa Romawi tersebut.
Merasa iba kepada umat Nasrani, Maxmilianus yang diam-diam menjadi pengikut agama tauhid Nasrani melakukan pembelaan kepada Diokletianus. Tenti hal ini menjadikan Julius semakin besar kepala dan meminta Maxmilianus – yang juga menantu Diokletianus untuk dihukum.  Mengetahui hal ini Maxmilianus dibantu oleh pengawalnya (Tilmikha, Yavanus, Sudilanus, Martinus, Dinasius) yang juga beragama tauhid Nasrani melakukan penghancuran terhadap patung-patung dewa Romawi.  Hal ini menurutnya hal yang sama dilakukan oleh Abraham (Ibrahim a.s) terhadap Patung Agung Raja Nimrod  (Namrud) dari Babilon.
Maxmilianus diburu  dan melarikan diri melalui jalan rahasia bawah tanah di depan gerbang rumahnya menuju luar pagar kota Filadelfia.  Selanjutnya, mereka melarikan diri ke desa Raqim dan bertemu dengan pengikut Nasrani lainnya yang seorang gembala bernama Antonius yang senantiasa ditemani anjingnya, Qithmir.  Mereka melarikan diri ke bukit batu dimana gua Anjelus berada, masuk kedalam gua tersebut.  Selanjutnya pasukan Romawi memburu mereka hingga ke kaki bukit.  Melalui bantuan umat Yahudi di desa Raqim, Pasukan Romawi menemukan gua Anjelus – tempat persembunyian mereka.  Diokletianus memerintahkan untuk terus memburu mereka.
Dengan bantuan dari Tuhan Yang Maha Esa, Maxmilianus beserta 5 rekannya dibantu oleh seorang gembala (Antonius) dan seekor anjing – Qithmir diselamatkan didalam Gua tersebut.  Mereka berdoa “.. Wahai Tuhan kami berikanlah  rahmat kepada kami dari sisi-MU dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini… (Al Kahfi – 10)”.  Mereka tertidur di dalam gua tersebut karena kelelahan setelah melakukan penghancuran patung dewa-dewa di kota serta berlari tanpa berhenti demi menghindari kejaran pasukan Romawi dibawah pimpinan Julius dan Diokltetianus.
Selama tidur, mereka membalikkan badan mereka ke kiri dan ke kanan. “Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedangkan anjing mereka (Qithmir) mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah hati kamu akan dipenuhi ketakutan terhadap mereka (Al Kahfi – 18)”.  Pasukan Romawi mencoba masuk kedalam gua dan hanya menemukan anjing mereka (Qithmir) sedang menjulurkan kaki nya didalam gua. Saat mereka masuk lebih jauh kedalam, mereka menemukan mahluk dengan badan tinggi besar dan mata serta mulutnya menyemburkan api.  Mereka melihat badan Maxmilianus beserta teman-temannya mengeluarkan sinar yang mampu memberikan rasa takut yang teramat sangat.  Hingga akhirnya Diokletianus memerintahkan untuk menutup pintu gua ini, melakukan penjagaan selama 3 bulan dan dibuatkan prasasti di depan pintu bahwa didalam gua ini dikubur hidup-hidup 7 orang kafirin yang menolak untuk menyembah dewa-dewa Romawi.  Mereka adalah Maxmilianus, Tilmikha, Yavanus, Sudilanus, Martinus, Dinasius dan Antonius si Gembala.
Helen – istri Maxmilianus minta dikuburkan hidup-hidup bersama mereka didalam gua, namun Diokletianus menolak untuk melakukannya.  Dan 20 tahun sejak pintu gua ditutup dengan batu, Helen wafat dan jasadnya dimakamkan di kaki bukit dimana gua Anjelus berada.
300 tahun berlalu, zaman telah berubaha. Desa Raqim yang berada di dekat gua Anjelus telah dibumi hanguskan oleh tentara Romawi.  Sewafatnya Kaisar  Hederianus, pemberontakan pengikut Adonia dan pendukung Maxmilianus tidak terhindarkan.  Umat Nasrani menguasai kota Filadelfia. Hal ini diketahui oleh Kaisar pengganti berikutnya yaitu Markus Aerilius.  Penumpasan pemberontakan pun dilakukan.  Dengan bantuan Umat Yahudi, Umat Nasrani diburu kembali namun perlawanan Umat Nasrani mampu mengalahkan Kekuasaan Kaisar.  Hingga akhirnya, seorang penganut ajaran tauhid Nasrani menjadi pemimpin kota Filadelfia.  Dia adalah Theodos.  Dan kekaisaran Romawi telah dipimpin oleh seorang pelindung dan pengikut ajaran tauhdi Nasrani dengan sebutan PAUS (Pelindung).  Dan selama 300 tahun itu pula Gua Anjelus menjadi gua keramat yang tidak ada seorang manusiapun yang berani mendekatinya.
Maxmilianus beserta rekannya dibangunkan dari tidur panjangnya selama 300 tahun.  Mereka keluar dari Gua Anjelus. “Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya diantara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang dari mereka (Maxmilianus): Sudah berapa lamakah kamu berada disini ?.  Mereka menjawab (Yavanus dan Tilmikha): Kita berada disini sehari atau setengah hari.  Berkata yang lainnya lagi (Sudilanus): Tuhan kita lebih mengetahui berapa lamanya kita berada disini. Maka suruhlah salah seorang diantara kamu pergi ke kota dengan membawa uang kamu ini, dan hendaklah           lihat manakah makanan yang baik (yang bisa kita dimakan), maka hendaklah kamu bawa minuman, dan berlemah lembutlah dan jangan sekali-kali menceritakan tentang kita kepada siapapun (Al Kahfi – 19)”.
Berangkatlah Maxmilianus ke Filadelfia untuk membeli makanan bagi rekan-rekannya.  Dengan rasa was-was untuk diketahui oleh tentara romawi dan ditangkap, dengan merunduk menggunakan jubahnya, Maxmilianus memasuki kota dan membeli beberapa roti.  Hal tersebut dilakukan karena mengira bahwa mereka tidur hanya sehari atau setengah hari.  Sambil bertanya kepada penduduk dimana tempat menjual roti, Maxmilianus menolak menjawab pertanyaan penduduk dari mana dia berasal (“… dan jangan sekali-kali menceritakan tentang kita kepada siapapun…”).
Sambil mencari tempat menjual roti, Maxmilianus melihat beberapa orang pendeta Nasrani memberikan kajian-kajian Nasrani dan beliau terheran , Apakah mereka para Penyembah berhala telah berubah menganut ajaran tauhid nasrani hanya dalam waktu 1 hari ?.
Dimanakah para tentara Romawi yang biasanya melakukan penangkapan dan pembunuhan kepada umat Nasrani ?
Dimanakah para Pendeta Yahudi yang senantiasa bersekongkol memburu kaum Nasrani bersama tentara Romawi ?
Dimanakah Julius … dimanakah Diokletianus …
Maxmilianus terheran menyaksikan disalah satu majelis kajian nasrani yang menyebutkan bahwa Isa a.s, junjungan nya adalah Tuhan.  Beliau terheran dengan konsep Trinitas yang diajarkan penceramah tersebut.  Dia terheran di salah satu sudut gereja, beberapa orang berdoa dibawah kaki patung Isa a.s yang disalib.  Dia menyampaikan bahwa Isa a.s tidak disalib.  Isa a.s diangkat Tuhan kelangit sebelum penyaliban dilakukan.  Namun upayanya sia-sia.  Pendoa tetap terus melakukan doa nya dibawah patung.  Hal ini sama saja dengan penyembahan Dewa Jupiter dan Dewa Apollo di zamannya.
Sampailah Maxmilianus di tempat roti dan membeli beberapa potong roti untuk rekan-rekannya.  Saat membayar dengan uang yang dibawanya, si penjual mengira Maxmilianus memilik harta karun dan meminta Maxmilianus untuk membagi harta karun tersebut.  Maxmilianus terheran, uang tersebut bukanlah harta karun, melainkan uang yang ia punya.  Maxmilianus dibawa kepada penguasa Filadelfia saat itu – Theodos.  Beliau dituduh menyembunyikan harta karun dan menolak membayar pajak.  Beberapa kali ia dicambuk untuk mengatakan dimana harta karun tersebut.  Namun, Jawaban Ashabul Kahfi ini tetap sama.
Ditengah kebingungannya, seorang sejarawan dan pengamal injil sejati meminta siksaan kepada Maxmilianus dihentikan karena beliau berkeyakinan bahwa apa yang disampaikan oleh Maxmilianus penuh dengan kebenaran.  Maxmilianus menolak ajaran Trinitas yang merupakan upaya pengelabuan terhadap penyembahan dewa-dewa Romawi.  Demikian halnya dengan Sejarawan tersebut yang bernama sama dengan Santo Barnabas, Barnabas.  Barnabas melakukan pendalam informasi kepada Maxmilianus dan memintanya menujukkan dimana rumahnya.  Karena Maxmilianus mengatakan bahwa saat ia memasuki gua bersama rekan-rekannya, tentara romawi sedang memburunya dan mereka melarikan diri melalui jalan bawah tanah didepan pintu rumahnya.  Maxmilianus menunjukkan jalan masuk tersebut dan ternyata Barnabas dan Theodos tidak mengetahui jalan bawah tanah tersebut.
Rumah yang ditunjukkan oleh Maxmilianus sebagai rumahnya adalah Rumah seorang salihin bernama Arius.  Arius memiliki cucu bernama Maria yang wajahnya mirip sekali dengan HELEN – Istri Maxmillianus.  Mereka mengetuk rumah tersebut dan Maria membukakan pintu.  Maxmilianus bahagia melihat Helen (yang sesungguhnya adalah Maria – keturunan ke-15 Maxmilianus).  Maria terheran Maxmilianus menyebut Maria dengan nama nenek moyangnya.  Maria tahu nama nenek moyangnya adalah Helen dan Maxmilianus dari cerita turun temurun keluarga.  Maria membawa mereka menemui Arius.  Arius yang sedang menerima tamu seorang pendeta ajaran tauhid Nasrani mempersilahkan mereka masuk.  Didepan pintu rumah yang merekan tempati terpampang lukisan Maxmilianus.  Dan Arius berkata, “Anda mirip dengan orang yang ada di lukisan ini”.  Maxmilianus menjawab bahwa itu adalah lukisannya dan ia yang meletakkannya disitu.  Arius dan yang lainnya masih belum menerima kenyataan ini.
Maxmilianus mengajak mereka memasuki lorong di rumah yang tidak pernah mereka ketahui sebelumnya.  Arius berkata bahwa ia tidak pernah mengetahui ada lorong ini.  Maxmilianus menyampaikan bahwa hanya dia dan Galus (pembantu setia Maxmilianus) yang mengetahu lorong ini.  Didalam lorong, Maxmilianus menyembunyikan lukisan Helen.  Dan ternyata, Lukisan Helen mirip dengan wajah Maria, keturunan Maxmilianus.  Arius mengakui bahwa Maxmilianus adalah Kakek Moyang nya.
Theodos dan Barnabas mengakui bahwa Maxmilianus adalah Ashabul Kahfi dan Manusia Suci (Santo) yang dibangkitkan dari Kematian.  Seperti halnya Nabi Uzair a.s yang dimatikan Allah Azza wa Jalla selama 100 tahun demi meyakini adanya hari kebangkitan.  Hari Kebangkitan adalah kejadian yang kala itu tidak diakui oleh sebagian besar Umat Nasrani.  Kehadiran Maxmilianus sebagai Ashabul Kahfi mengembalikan keyakinan bahwa Allah mampu membangkitkan manusia yang telah diwafatkan selama 300 tahun.  Ajaran Tauhid dan hari kebangkitan dimurnikan kembali oleh Allah Azza wa Jalla melalui kehadiran Maxmilianus sebagai ashabul kahfi.
“… Dan demikian (pula) Kami mempertemukan mereka dengan manusia lainnya, agar manusia itu mengetahui bahwa janji Allah itu Benar, dan bahwa kedatangan hari Kiamat itu tidak ada keraguan kepadanya…. (Al Kahfi – 21)”
Maxmilianus bersama rekan-rekannya bertahan selama sembilan tahun di FIladelfia.  Namun tidak mampu membawa masyarakatnya untuk tetap senantiasa berada pada keimanan tauhid mereka.  Mereka lebih mengagungkan dunia.  Gereja-gereja di Filadelfia merasa lebih agung dari gereja di Roma dengan adanya kehadiran Ashabul Kahfi ini.  Perdagangan dan tempat-tempat penginapan menjadi ramai dengan keberadaan Ashabul Kahfi yang dibangkitkan Allah dari Kematian.  Hal ini menjadi perenungan Maxmilianus dan rekan-rekannya.
Atas masukan dari rekan-rekanya, Mereka merasa bahwa mereka masih terjebak akan keduniawian. Justru dengan kehadiran mereka, keimanan kepada Tuhan Yang satu semakin samar dengan kepentingan duniawi.  Akhirnya mereka berkumpul kembali didalam gua untuk melakukan perenungan dan berdoa kepada Tuhan untuk dipersetukan dengan Tuhan dan berkumpul kembali dengan orang-orang yang mereka sayangi.  Maxmilianus mengharapkan Tuhan mengumpulkannya bersama Helen – istrinya dan Iqmith – anaknya. Mereka bersujud di dalam gua dan diwafatkan kembali oleh Allah dengan posisi bersujud.  Arius dan Maria – keturunan Maxmilianus, berniat menemui Kakek Moyang nya didalam gua dan mendapati Qithmir – Anjing milik Antonius sudah mati di depan pintu gua. Dan mereka berdua mendapati para Ashabul Kahfi telah wafat dalam posisi sujud kepada sang pencipta alam semesta.
Gua ini kemudian ditutup oleh Theodos dan menjadikannya sebagai kuburan para Syuhada Ashabul Kahfi. Dan Theodos mendirikan Gereja diatas gua Anjelus ini.  Namun saat ini, gereja tersebut telah digeser disamping Gua Anjelus ini… “ Dan dirikanlah sebuah bangunan diatas gua itu, Tuhan mereka (para Ashabul Kahfi) lebih mengetahui tentang mereka. Dan orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka (Theodos) berkata: Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan diatasnya (gua Anjelus)… (Al Kahfi – 21)”
Demikianlah…. Ashabul Kahfi ini mengembalikan kita atas keyakinan adanya hari Kebangkitan setelah kematian, atas hari kiamat dan atas rahmat dan kuasa Allah Azza Wa Jalla.  Beberapa ratus setelahnya, Pemurni ajaran Tauhid sejati lahir dengan nama Ahmad.  Nama yang sama yang disebut dalam Injil yang dipegang oleh Santo Barnabas dan Taurah Nabi Musa a.s.  Nama yang tertulis dalam Suhuf Nabi Ibrahim a.s…. Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib.  Beliau diutus demi memurnikan ajaran Tauhid dan menghapus ajaran Trinitas yang menyatakan bahwa Isa a.s adalah anak Tuhan.


ARTIKEL INI SEBATAS UNTUK CATATAN SAYA

Sumber: https://sujiatmoko.wordpress.com/kisah-ashabul-kahfi-penghuni-gua/


Digg it StumbleUpon del.icio.us
 
Copyright 2017 Cerita Ku
Supported by Bloggermint